Makam Sunan Geseng (Tuban - Jawa Timur)
Makam Sunan Geseng terletak di Dusun Pakah Desa Gesing Kecamatan
Semanding Tuban. Sunan Geseng adalah murid dari Sunan Kalijaga.Sebutan
Sunan Geseng diberikan Sunan Kalijaga kepada Kyai Cokrojoyo karena
begitu setia terhadap perintahnya sehingga merelakan badannya menjadi
hangus (geseng).
Dikisahkan, pada suatu siang yang terik, Sunan Kalijaga berjalan melewati pepohonan siwalan (enau, nira, kawung). Di atas pohon tersebut ada seorang lelaki tua bernama Cokrojoyo dari Desa Gesing, sedang menderes buah siwalan (mengambil sari siwalan untuk dibuat gula nira; nyadap kawung).
Sambil melepas lelah di bawah pohon itu, Sunan Kalijaga mendengar Cokrojoyo menyanyikan sebuah tembang :
“Lilo-lilo … lilo-lilo … lilo-lilo …”
Berulang kali tembang itu dinyanyikannya.Sang Sunan menikmatinya dengan seksama dan penuh pesona.Hingga si pen-deres turun dari pohon siwalan.
“Lilo-lilo… gerangan tembang apakah itu, Kek?”.
“Alaah, Kisanak, tiap hari aku bekerja seperti ini, sebagai buruh pen-deres siwalan. Agar hidup yang susah ini tidak terasa susahnya, ya tak lilo-lilo (Ya disabar-sabarkan, menyabarkan diri)”.
“Bisakah diganti dengan yang lebih baik, Kek?”.
“Diganti yang bagaimana, Kisanak ?”
“Laa ilaaha illallah”.
Sejak itu, Cokrojoyo menjadi murid Sang Sunan.Konon menurut cerita, setelah perjumpaan yang singkat itu, keduanya berpisah. Sekian waktu kemudian, Cokrojoyo bertekad untuk berguru kepada sang Sunan.
Suatu saat mereka bertemu. Sunan Kalijaga lalu menancapkan sebatang bambu di depan Cokrojoyo dan sebelum meninggalkannya, ia memintanya untuk menjaga batang bambu tersebut hingga kembali.
Cokrojoyo pun mematuhi perintah gurunya itu dan menunggunya hingga batang bambu tersebut menjadi “barongan” (rerimbun pohon bambu).
Sekian lama kemudian, kembalilah Sunan Kalijaga dan mendapati Cokrojoyo masih setia di tempat itu.Lalu, sang Sunan membakar barongan itu hingga lantak. Tubuh Cokrojoyo hangus seperti arang, namun tidak terbakar. Sejak itu, Cokrojoyo berjuluk Sunan Geseng.
Hingga kini, makam Sunan Geseng masih berkabut misteri; ada yang mengatakan di dusun Pakah Desa Gesing Kecamatan Semanding Tuban, ada yang di Tirto Magelang, ada juga di Grabak Magelang, dan di Bantul Yogyakarta.
Dikisahkan, pada suatu siang yang terik, Sunan Kalijaga berjalan melewati pepohonan siwalan (enau, nira, kawung). Di atas pohon tersebut ada seorang lelaki tua bernama Cokrojoyo dari Desa Gesing, sedang menderes buah siwalan (mengambil sari siwalan untuk dibuat gula nira; nyadap kawung).
Sambil melepas lelah di bawah pohon itu, Sunan Kalijaga mendengar Cokrojoyo menyanyikan sebuah tembang :
“Lilo-lilo … lilo-lilo … lilo-lilo …”
Berulang kali tembang itu dinyanyikannya.Sang Sunan menikmatinya dengan seksama dan penuh pesona.Hingga si pen-deres turun dari pohon siwalan.
“Lilo-lilo… gerangan tembang apakah itu, Kek?”.
“Alaah, Kisanak, tiap hari aku bekerja seperti ini, sebagai buruh pen-deres siwalan. Agar hidup yang susah ini tidak terasa susahnya, ya tak lilo-lilo (Ya disabar-sabarkan, menyabarkan diri)”.
“Bisakah diganti dengan yang lebih baik, Kek?”.
“Diganti yang bagaimana, Kisanak ?”
“Laa ilaaha illallah”.
Sejak itu, Cokrojoyo menjadi murid Sang Sunan.Konon menurut cerita, setelah perjumpaan yang singkat itu, keduanya berpisah. Sekian waktu kemudian, Cokrojoyo bertekad untuk berguru kepada sang Sunan.
Suatu saat mereka bertemu. Sunan Kalijaga lalu menancapkan sebatang bambu di depan Cokrojoyo dan sebelum meninggalkannya, ia memintanya untuk menjaga batang bambu tersebut hingga kembali.
Cokrojoyo pun mematuhi perintah gurunya itu dan menunggunya hingga batang bambu tersebut menjadi “barongan” (rerimbun pohon bambu).
Sekian lama kemudian, kembalilah Sunan Kalijaga dan mendapati Cokrojoyo masih setia di tempat itu.Lalu, sang Sunan membakar barongan itu hingga lantak. Tubuh Cokrojoyo hangus seperti arang, namun tidak terbakar. Sejak itu, Cokrojoyo berjuluk Sunan Geseng.
Hingga kini, makam Sunan Geseng masih berkabut misteri; ada yang mengatakan di dusun Pakah Desa Gesing Kecamatan Semanding Tuban, ada yang di Tirto Magelang, ada juga di Grabak Magelang, dan di Bantul Yogyakarta.
Comments
Post a Comment